I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Evaluasi pada dasarnya adalah mengukur dan menilai perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi. Dengan mengetahui hasil penilaian atau evaluasi, maka pihak yang dievaluasi misalnya kelompok dan anggotanya dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Kelompok dan anggota kelompok tersebut akan mengetahui bahwa model tingkah laku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap.
Dalam penyuluhan pertanian, evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan – pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Usaha ternak kambing merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan, disamping perawatannya cukup mudah, ternak kambing juga memiliki potensi sebagai komponen usaha tani yang penting diberbagai agro ekosistem. Ternak kambing memiliki kapasitas adaptasi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa etnis ternak ruminansia lain, seperti sapi, kerbau dan domba.
Dengan karakter yang mampu bertahan pada kondisi marjinal, ternak ini sering menjadi pilihan utama diberbagai komunitas petani, sehingga berkembang sentra-sentra produksi kambing yang menyebar diberbagai agriekosistem. Namun demikian, pengelolaan ternak kambing dalam usaha tani sebagian besar masih dilakukan secara sambilan atau sebagai tabungan, walaupun secara finansial komoditas ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian rumah tangga petani. Penyakit merupakan salah satu faktor penghambat yang sering menimpa peternak, banyaknya penyakit – penyakit yang berpotensi menimpa kambing diakibatkan manajemen pemeliharaan yang kurang baik, dapat menyebabkan penurunan bobot badan ternak bahkan sampai kematian.
Kembung perut (bloat) merupakan bentuk penyakit/kelainan alat pencernaan yang bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Bloat pada umunya rentan terhadap ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba), namun tidak menular pada ternak maupun manusia. Kematian pada ternak kambing yang terserang bloat biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak.
Dengan mengetahui hal tersebut, penyuluhan pertanian tentang penanganan penyakit bloat pada kambing sangatlah penting karena merupakan salah satu cara untuk meningkatkan Pengetahuan, keterampilan dan sikap peternak dalam hal penanganan penyakit bloat pada kambing. Perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat diketahui dengan cara melakukan evaluasi.
B.Tujuan Evaluasi
- Untuk mengetahui perubahan Perilaku, Sikap dan Keterampilan peternak tentang penanganan penyakit Bloat pada kambing.
- Mendekripsikan perubahan Perilaku, Sikap dan Keterampilan peternak tentang penyakit bloat pada kambing.
- Untuk menilai keefektifan penyuluhan yang telah dilaksanakan.
C.Manfaat Evaluasi
- Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan tentang penanganan peyakit bloat.
- Perbaikan programa, sarana, prosedur, pengorganisasian petani, dan pelaksanaan penyuluhan tentang penanganan penyakit bloat.
- Penyempurnaan kebijaksanaan penyuluhan tentang penanganan penyakit bloat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Penyuluhan Pertanian
Menurut UU No. 16 Tahun 2006 dalam Mardikanto (2008), pengertian penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup secara mandiri dan berkelanjutan.
B.Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Evaluasi Penyuluhan Pertanian Adalah kegiatan untuk menilai efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan dengan menggunakan indikator-indikator tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan objektif serta terdiri dari evaluasi sebelum kegiatan dimulai, saat kegiatan berlangsung, dan sesudah kegiatan selesai. Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi atau fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, evektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan. (Deptan, 1995).
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah mengukur dan menilai perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi. Dengan mengetahui hasil penilaian atau evaluasi, maka pihak yang dievaluasi misalnya kelompok dan anggotanya dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Kelompok dan anggota kelompok tersebut akan mengetahui bahwa model tingkah laku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap.
Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996)
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan seberapa jauh suatu hal itu berharga, bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi ada dua unsur utama yaitu menilai dan mengukur. Evaluasi penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan.Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah BPP yang bersangkutan. Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsentrasinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Menurut Hornby dan Parnwell (Mardikanto, 1993), kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai sesuatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Casley dan Kumar (1991) melihat pengertian evaluasi dalam perspektif manajemen, yakni evaluasi sebagai suatu penilaian berkala terhadap relevansi, prestasi, efisiensi, dan dampak proyek dalam konteks tujuan yang telah disepakati.
Menurut Mardikanto (1993), terdapat beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian “Evaluasi” yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang meliputi:
- Pengamatan untuk pengumpulan data dan fakta.
- Penggunaan pedoman yang telah ditetapkan.
- Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
- Pengambil keputusan atau penilaian.
Evaluasi biasa dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode ilmu-ilmu sosial, tetapi sebagian besar dilakukan oleh agen penyuluhan. Evaluasi sebagai pemberi informasi digunakan agen penyuluhan sebagai dasar pengambilan keputusan. Evaluasi dalam program penyuluhan merupakan umpan balik dalam proses komunikasi. Agen penyuluhan yang bekerja tanpa informasi evaluasi, tidak mengetahui apakah masih menempuh jalur yang benar.
Evaluasi harus dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan intuisi seseorang dan menggunakan pedoman-pedoman tertentu. Hasil evaluasi harus secara jelas memberikan gambaran tentang perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat sasaran, baik mengenai pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.
Prinsip-prinsip evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
- Evaluasi harus berdasarkan fakta.
- Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau program penyuluhan.
- Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari program penyuluhan bersangkutan.
- Evaluasi penyuluhan pertanian harus menggunakan alat ukur yang berbeda, untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
- Evaluasi penyuluhan pertanian perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif.
- Evaluasi penyuluhan pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan.
- Evaluasi perlu di pertimbangkan dengan teliti.
- Evaluasi harus dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran.
C.Karakteristik proses evaluasi:
- Evaluasi merupakan proses terstruktur
- Evaluasi didasarkan pada indikator yang dapat diamati
- Evaluasi menganalisis hal-hal rumit menjadi sederhana
- Evaluasi menghasilkan informasi yang tidak memihak dan disetujui semua orang dankeputusan yang andal masuk akal.
- Evaluasi mengeliminir pengaruh pribadi evaluator`
Tujuan dan manfaat evaluasi adalah dua konsepsi yang berbeda yang dapat mengundang perdebatan tentang pengertiannya ditinjau dari segi bahasa (language),istilah teknis (technical or scientificconcept), dan tingkat analisis (levelof analysis).
Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga tujuan (Cerbea and Tepping, 1977; FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat implisit. Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi :
- Tujuan Kegiatan (activity objective)
- Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program (keadaan umum daerah, sosial, teknis,ekonomis, budaya, masalah, kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
- Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
- Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat intervensi program/kegiatan penyuluhan.
- Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan program.
- Mengidentifikasi “strongdan weak points” dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
- Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
- Tujuan Managerial (managerial objective)
- Memberikan data /informasi sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
- Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
- Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake holder.
- Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
- Tujuan Program (Program objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain untuk memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:
- Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah
- Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-lembaga terkait
- Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari masyarakat.
Manfaat melakukan evaluasi adalah:
- Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan dilaksanakan;
- Perbaikan program, sarana, prosedur,pengorganisasian petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian;
- Penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.
Langkah-langkah evaluasi penyuluhan pertanian yaitu menetapkan obyek, menetapkan data atau informasi yang akan dikumpulkan,cara pengumpulannya, alat/instrumen yang digunakan, cara mengolah data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya.
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:
- Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi. Unsur-unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
- Sasaran (S)
- Perubahan perilaku yang dikehendaki (P)
- Materi (M)
- Kondisi/situasi (K)
- Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
- Indicator perubahan kognitif
1) Penguasaan pengetahuan (knowledge)
2) Penguasaan pengertian (comprehension)
3) Kemampuan menerapkan (application)
4) Kemampuan analisis (analisis)
5) Kemampuan sintesis (synthesis)
- Indikator perubahan kemampuan afektif
1) Menyadari atau mau memilih
2) Tanggap atau mau
3) Yakin atau mau mengikuti
4) Menghayati atau selalu menerapkan
5) Menghayati atau selalu menerapkan.
- Indikator perubahan psikomotor
1) Kecepatan
2) Kekuatan
3) Ketahanan
4) Kecermatan
5) Ketepatan
6) Ketelitian
7) Kerapihan
8) Keseimbangan
Menarik sampel (sampling) dan melakukan pengumpulan data merupakan langkah penting,hindari sampling error, usahakan sample yang representative (mewakili). Ada beberapa macam cara menarik sampel, tergantung tujuan dan keadaan populasinya, tetapi yang perlu diperhatikan sample hendaknya benar-benar menggambarkan /mewakili populasi yang dievaluasi. Sampel dalam evaluasi penyuluhan pertanian mengacu pada keterwakilan dari petani/kelompoktani yang merupakan sasaran penyuluhan. Tidak dapat dipastikan berapa jumlah sampelnya secara tepat, tetapi prinsipnya sampel tersebut mewakili populasi (reprensentatif) petani/kelompok tani yang menerima penyuluhan
- Melakukan analisis dan interpretasi data
Proses ini merupakan langkah akhir yang menentukan :
- Lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan,hapuskan data yang “nyleneh” (out lier)
- Lakukan coding, pemberian kode untuk memudahkan pada saat memasukan data
- Lakukan tabulasi (tally,sheet, tabulasi sheet).
- Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara :
- Presentase
- Deskriptif (mean, modus, median, rerata, Standart Deviasi)
- Statistik inferensial
Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan diambil serta pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan. Dalam melakukan pengolahan data dapat memanfaatkan alat komputasi seperti program excel, Program SPSS, atau dihitung secara manual dengan kalkulator. Pada prinsipnya, penulisan laporan evaluasi tidak berbeda dengan penulisan laporan penelitian pada umumnya, baikdalam sistimatika, pokok-pokok isi laporan yang disampaikan, hanya bahasa sertatata tulis yang digunakan lebih populer, mudah dipahami karena para pembaca laporan evaluasi lebih bervariasi dalam hal tingkat pendidikan dan pengalaman.
D. Bloat
- Pengertian
Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Penyakit ni sering terjadi pada ternak sapi, kerbau, kambing dan domba). Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang terbentuk, bisa dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan gas bebas yang terpisah dari ingesta (kembung sekunder).
Bloat atau kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun masih aman untuk dikonsumsi.
Kembung merupakan akibat mengkonsumsi pakan yang mudah menimbulkan gas di dalam rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat yang berujung menurunkan gerakan rumen dan menurunkan derajat keasaman dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat memicu timbulnya bloat, selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya kembung (Sitepoe, 2008).
- Faktor Penyebab Bloat/ Kembung Perut
- Penyebab primer, akibat fermentasi makanan yang berlebihan dan hewan tidak mampu mengeluarkan gas, terjadi akumulasi gelembung gas
- Penyebab sekunder berupa gangguan fisikal pada daerah esophagus oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus.
- Faktor individu
- Ternak dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik cenderung mudah mengalami kembung
- Susunan dan derajat keasaman (Ph) air liur
- Faktor pakan:
- Pemberian leguminosa, Centrocema dan alfafa secara berlebihan. Pemberian rumput terlalu muda yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi secara berlebihan atau karena tidak dilayukan.
- Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak
- Adanya sumbatan pada kerongkongan
- Merumput pada lahan yang baru dipupuk, memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut.
- Terlalu banyak mengkonsumsi rumput basah atau berembun.
- Pergantian jenis makanan tertentu yang memyebabkan produksi gas berlebihan
- Gejala Klinis
- Ternak nampak resah dan berusaha menghentakkan kaki atau mengais-ais perutnya
- Sisi perut sebelah kiri nampak membesar dan kencang.
- Apabila bagian perut ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar suara mirip suara drum
- Ternak mengalami kesulitan bernapas atau sering bernpas melalui mulut.
- Nafsu makannya menurun drastis, bahkan tidak mau makan sama sekali.
- Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematian
- Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
Pencegahan
- Tidak membiarkan ternak dalam kondisi terlalu lapar
- Memberikan tempat bagi ternak untuk leluasa melakukan gerakan seperti berjalan-jalan, Sebelum diberikan hijauan segar diberikan terlebih dahulu jerami kering atau rumput kering
- Menghindari pemberian hijauan terutama legum maksimal 50%.
- Apabila ternak di gembalakan usahakan setelah tidak ada embun
Pengobatan
- Pertolongan pertama dengan menempatkan kaki ternak pada tempat yang lebih tinggi, mulut dibuka dan sepotong kayu dimasukkan melintang pada kedua ujungnya dikaitkan tali yang dililitkan disamping kepala sampai ke belakang tanduknya agar tidak lepas dan gas dapat segera keluar.
- Ternak diberi minyak goreng 100-200 ml atau lebih, minyak kayu putih atau minyak atsiri lainnya diberikan melalui mulut maupun dicampur air hangat.
- Memberikan obat-obatan seperti Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone), dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram, sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan.
- Apabila keadaan ternak sudah parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara menusuk perut ternak sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian dilaksanakan selama satu bulan yaitu tanggal 13 Mei sampai 12 Juni 2016, bertempat di Desa Lampuara, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Penentuan Responden
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan dievaluasi. Dalam kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian sampel yang akan dievaluasi adalah seluruh anggota kelompok tani yang pernah mendapatkan materi penyuluhan pertanian tentang pengendalian penyakit bloat pada kambing yaitu sebanyak 2 kelompok tani dengan jumlah anggota sebanyak 52 orang.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan yaitu data Kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat diinput ke dalam skala pengukuran statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini tidak dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam numerik.
Adapun sumber data yaitu data primer di mana evaluator secara langsung memperoleh data dari responden dengan cara pemberian kuesioner (lampiran 1,2 dan 3).
D. Analisis Evaluasi
Analisis adalah cara mengolah data sehingga menjadi informasi yang mudah dibaca dan dimengerti dan dapat bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang akan di evaluasi.
Prosedur Analisis evaluasi:
- Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.
- Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen pengumpulan data.
- Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti.
- Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian.
- Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realiabilitas instrumen pengumpulan data.
- Tahap keputusan, yaitu tahap terakhir dengan melihat hasil dari tabel / diagram yang nantinya akan dijadikan sebagai kesimpulan evaluasi.
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan adalah dengan menggunakan Rating Scale atau skala nilai kemudian diolah dan ditabulasi dengan menggunakan garis Continuum.
Adapun rumus yang digunakan adalah :
Tingkat pengetahuan = jumlah jawaban yang diperoleh x 100%
Nilai tertinggi yang dicapai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Wilayah
- Gambaran Umum Desa
Secara Historis Desa Lampuara dibentuk menjadi Desa persiapan tahun 1989 dari pemekaran Desa Bakti. Desa Lampuara definitive tahun 1993, terdiri atas empat dusun yaitu ; dusun Ujung, dusun Leppangang, dusun Lampuara dan dusun Tanete. Nama Desa Lampuara berasal dari kata “lampu” dan “ara”. Lampu berasal dari lampu Mercusuar dan kata ara berarti muara sungai.
- Kondisi Geografis Desa
Desa Lampuara adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu. Jarak tempuh wilayah Desa Lampuara dari ibukota Kabupaten Luwu 20 km. desa Lampuara memiliki wilayah darat 1726 km2, dan wilayah laut 4250 km2 dengan potensi lahan yang sangat produktif diantaranya perkebunan, persawahan dan perikanan.
Desa Lampuara disebelah Utara berbatasan dengan desa Olang dan Desa Bassiang Timur, disebalah Timur berbatasan dengan Teluk Bone sedangkan disebalh Barat berbatasan dengan Desa Bakti dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jenne Maeja dan Desa To’balo.
- Administrasi Desa
Pusat pemerintahan Desa Lampuara terletak di Dusun Leppangang dan untuk menuju kantor Desa dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau jalan kaki karena berada di jalan poros Desa yang telah diaspal, berhubungan langsung dengan pusat ibukota kecamatan ponrang selatan.
Secara administratif Desa Lampuara terbagi atas empat Dusun yaitu dusun Ujung membawahi satu RW dan satu RT, dusun Leppangang membawahi satu RW dan dua RT, dusun Lampuara membawahi satu RW dan satu RT, dusun Tanete membawahi satu RW dan satu RT.
- Data Kependudukan
Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin.
No |
Desa |
Jumlah penduduk |
0-14 Thn |
15-29 Thn |
30-44 Thn |
45-59 Thn |
>60 Thn |
Jumlah |
L |
P |
L |
P |
L |
P |
L |
P |
L |
P |
L |
P |
1. |
Lampuara |
138 |
173 |
347 |
364 |
352 |
371 |
563 |
557 |
88 |
159 |
1.488 |
1.624 |
Total |
311 |
711 |
723 |
1120 |
247 |
3.112 |
Sumber : Kantor BP3K Tahun 2015
Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui jumlah penduduk di Desa Lampuara yang masuk dalam kategori produktif yaitu umur 15 s/d 59 Tahun sebesar 2.554 jiwa dari total jumlah penduduk sebanyak 3.112 jiwa.
Persentase jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan
No |
Pekerjaan |
Jumlah (Jiwa) |
Persentase |
1. |
Petani |
613 |
19,7 |
2. |
PNS |
24 |
1 |
3. |
Polri |
5 |
0,2 |
4. |
Dagang |
11 |
0,4 |
5. |
Buruh |
25 |
0,8 |
6. |
TNI |
3 |
0,2 |
7. |
Dll |
500 |
16,1 |
8. |
Belum Bekerja |
1.931 |
62 |
Jumlah |
3.112 |
100 % |
Sumber : Kantor BP3K Tahun 2015
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan pokok yang paling banyak di Desa Lampuara adalah petani dengan persentase 19,7% dibanding pekerjaan lainnya.
Persentase jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No |
Tingkat Pendidikan |
Jumlah (Jiwa) |
Persentase |
1. |
SD |
1000 |
32,1 |
2. |
SMP |
300 |
9,6 |
3. |
SMA |
550 |
17,7 |
4. |
DI/DIII/DIV |
50 |
1,6 |
5. |
S1/S2/S3 |
32 |
1,0 |
6. |
Tidak Berpendidikan Formal |
130 |
4,2 |
7. |
Belum Bersekolah |
1.050 |
33,8 |
Jumlah |
3.112 |
100 % |
Sumber : Kantor BP3K Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa 32,1% penduduk berada pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu tamat SD, sedangkan untuk lulusan dari perguruan tinggi hanya 2,6% dari total penduduk 3.112 jiwa.
B. Identitas Responden
- Berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 6. Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
No |
Tingkat Pendidikan |
Jumlah (Jiwa) |
Persentase (%) |
1. |
SD |
15 |
29 |
2. |
SMP |
25 |
48 |
3. |
SMA |
10 |
19 |
4. |
DI/DIII/DIV |
2 |
4 |
Jumlah |
52 |
100 |
Sumber : Data primer setelah diolah. 2016
Berdasarkan Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 49% responden berada pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu tamat SMP, sedangkan untuk lulusan dari perguruan tinggi hanya 4% dari total responden 52 orang.
- Berdasarkan Umur
Tabel 7. Jumlah responden berdasarkan umur.
No |
Umur (tahun) |
Jumlah (Jiwa) |
Persentase (%) |
1. |
10 – 20 |
2 |
4 |
2. |
21 – 30 |
5 |
10 |
3. |
31 – 40 |
15 |
29 |
4. |
41 – 50 |
25 |
47 |
5. |
> 50 |
5 |
10 |
Jumlah |
52 |
100 |
Sumber : Data primer setelah diolah. 2016
Dari Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 47% responden berumur 41 – 50 tahun sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi bagi responden.
- Berdasarkan jumlah kambing yang dimiliki
Tabel 8. Jumlah responden jumlah kambing yang dimiliki.
No |
Kambing (ekor) |
Jumlah (Jiwa) |
Persentase (%) |
1. |
1 – 3 |
17 |
33 |
2. |
2 – 5 |
30 |
57 |
3. |
5 – 7 |
3 |
6 |
4. |
> 7 |
2 |
4 |
Jumlah |
52 |
100 |
Sumber : Data primer setelah diolah. 2016
Dari Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 57% responden berumur memiliki ternak kambing berjumlah 2 – 5 ekor, sedangkan 4 % responden memiliki ternak kambing di atas 7 ekor dari jumlah responden 52 orang.
C. Analisis Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Evaluasi dilakukan untuk mrngukur pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi awal dan evaluasi akhir. Materi penyuluhan dilakukan dengan menggunakan raling scale kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan garis continuum.
- Hasil Evaluasi awal
- Tingkat pengetahuan.
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 4 dan tabel 9.
Tabel 9. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Pengetahuan
No |
Pertanyaan/ pernyataan |
Tingkat pemahaman |
SM |
M |
KM |
TM |
1 |
Ciri – ciri Bloat |
0 |
2 |
30 |
20 |
2 |
Bahaya Bloat |
0 |
3 |
30 |
19 |
3 |
Penyebab Bloat |
0 |
15 |
15 |
22 |
4 |
Pencegahan Bloat |
0 |
5 |
30 |
17 |
5 |
Perbedaan bloat dan bunting |
0 |
3 |
20 |
29 |
6 |
Hewan yang Terkena Bloat |
0 |
10 |
10 |
32 |
7 |
Pengobatan Bloat |
0 |
5 |
12 |
35 |
8 |
Metode minuman bersoda |
0 |
5 |
10 |
37 |
9 |
Metode Trikorisasi |
0 |
2 |
10 |
40 |
10 |
Metode Batang Daun Pepaya |
0 |
0 |
10 |
42 |
|
Jumlah |
0 |
50 |
177 |
293 |
|
Rata – rata |
0 |
5 |
17.7 |
29.3 |
Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai berikut :
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat dikatakan baru mencapai 41,35% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 20 orang (38,46%), kurang mengetahui (KM) 30 orang (59,61%) mengetahui (M) berjumlah 2 orang (3,85%) sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang bahaya penyakit bloat baru mencapai 42 %, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 19 orang (36,54%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 30 orang (57,69%), mengetahui (M), berjumlah 3 orang (5,77%), sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang penyebab penyakit bloat baru mencapai 47,06% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 19 orang (36,54%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 30 orang (57,69%), mengetahui (M), berjumlah 3 orang (5,77%), sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pencegahan penyakit bloat baru mencapai 44,23% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 30 orang (57,69%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 17 orang (32,69%), mengetahui (M), berjumlah 5 orang (9,62%), sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan bunting baru mencapai 37,50%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 29 orang (55,77%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 20 orang (38,46%) dan mengetahui (M) berjumlah 3 orang (5,76%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang hewan apa saja yang terkena bloat baru mencapai 39,42%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 32 orang (61,53%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 10 orang (19,23%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pengobatan penyakit bloat baru mencapai 36,22 %, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 35 orang (67,31%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 12 orang (23,08%) dan mengetahui (M) berjumlah 5 orang (9,61%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang metode pengobatan menggunakan minuman bersoda baru mencapai 34,62%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 37 orang (71,15%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 5 orang (9,61%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden metode trikorisasi baru mencapai 31,73%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 40 orang (76,92%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 2 orang (3,85%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan bunting baru mencapai 30,00%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 42 orang (80,77%), dan kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang (19,23%). Sedangkan responden yang mengetahui (M) dan sangat mengetahui (SM) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 789, maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 789
Sko tertinggi yang diperoleh : 52 x 10 x 4 = 2.080
Skor terendah yang diperoleh : 52 x 10 x 1 = 520
Dengan demikian pengetahuan responden tentang penanganan penyakit bloat pada k ambing sebelum penyuluhan adalah :
Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Garis continuum tingkat pengetahuan pada evaluasi awal
Ket : TM = Tidak Mengetahui
KM = Kurang Mengetahui
M = Mengetahui
SM = Sangat Mengetahui
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, pengetahuan peternak tentang penangana penyakit bloat pada kambing berada pada skor 789 atau persentase 37,93% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang mengetahui”
- Tingkat sikap
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 5 dan tabel 10.
Tabel 10. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Sikap
No |
Pertanyaan/ pernyataan |
Tingkat pemahaman |
SS |
S |
KS |
TS |
1 |
Ciri – ciri Bloat |
0 |
7 |
32 |
13 |
2 |
Bahaya Bloat |
0 |
4 |
31 |
17 |
3 |
Penyebab Bloat |
0 |
10 |
22 |
20 |
4 |
Pencegahan Bloat |
0 |
6 |
31 |
15 |
5 |
bloat dan bunting |
0 |
4 |
21 |
27 |
6 |
Hewan yang Terkena Bloat |
0 |
9 |
13 |
30 |
7 |
Pengobatan Bloat |
0 |
6 |
15 |
33 |
8 |
Metode minuman bersoda |
0 |
4 |
13 |
35 |
9 |
Metode Trikorisasi |
0 |
3 |
11 |
38 |
10 |
Metode Batang Daun Pepaya |
0 |
1 |
11 |
40 |
|
Jumlah |
0 |
54 |
200 |
268 |
|
Rata – rata |
0 |
5.4 |
20 |
26.8 |
Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai berikut :
- Secara umum sikap peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat dikatakan baru mencapai 47,12% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 13 orang (25%), kurang setuju (KS) 32 orang (61,54%) setuju (S) berjumlah 7 orang (13,46%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan baru mencapai 43,50% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 17 orang (32,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang (59,62%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang penyebab Bloat dapat dikatakan baru mencapai 43,50% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 17 orang (32,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang (59,62%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang pencegahan Bloat dapat dikatakan baru mencapai 45,67% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 15 orang (28,85%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang (59,62%) setuju (S) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting dapat dikatakan baru mencapai 38,94% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 27 orang (51,92%), kurang setuju (KS) berjumlah 21 orang (40,38%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang hewan yang terkena bloat Bloat dapat dikatakan baru mencapai 40,87% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 30 orang (57,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 13 orang (25%) setuju (S) berjumlah 9 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang Pengobatan Bloat dapat dikatakan baru mencapai 37,76% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 33 orang (63,46%), kurang setuju (KS) berjumlah 15 orang (28,85%) setuju (S) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang metode minuman bersoda dapat dikatakan baru mencapai 35,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 35 orang (83,33%), kurang setuju (KS) berjumlah 13 orang (25%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang metode trikorisasi dapat dikatakan baru mencapai 33,17% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 38 orang (73,08%), kurang setuju (KS) berjumlah 11 orang (21,15%) setuju (S) berjumlah 3 orang (5,77%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak ada.
- Secara umum sikap peternak responden tentang metode batang daun pepaya dapat dikatakan baru mencapai 31,25% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 40 orang (76,92%), kurang setuju (KS) berjumlah 11 orang (21,15%) setuju (S) berjumlah 1 orang (1,92%) sedangkan responden yang sangat setuju (ST) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 820 maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 820
Sko tertinggi yang diperoleh : 52 x 10 x 4 = 2.080
Skor terendah yang diperoleh : 52 x 10 x 1 = 520
Dengan demikian sikap responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing sebelum penyuluhan adalah :
Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Garis continuum tingkat sikap pada evaluasi awal
Ket : TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, sikap peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 820 atau persentase 39,42% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang setuju”
- Tingkat keterampilan
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 6 dan tabel 11.
Tabel 11. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Keterampilan
No |
Pertanyaan/ pernyataan |
Tingkat Pemahaman |
ST |
T |
KT |
TT |
1 |
Kondisi bloat |
0 |
7 |
30 |
15 |
2 |
Bahaya bloat |
0 |
4 |
29 |
19 |
3 |
Penyebab bloat |
0 |
10 |
20 |
22 |
4 |
Pencegahan bloat |
0 |
6 |
29 |
17 |
5 |
Bloat dan bunting |
0 |
4 |
19 |
29 |
6 |
Hewan yang terkena bloat |
0 |
9 |
11 |
32 |
7 |
Pengobatan bloat |
0 |
6 |
13 |
35 |
8 |
Metode minuman bersoda |
0 |
4 |
11 |
37 |
9 |
Metode trikorisasi |
0 |
3 |
9 |
40 |
10 |
Metode batang daun pepaya |
0 |
1 |
9 |
42 |
|
Jumlah |
0 |
54 |
180 |
288 |
|
Rata – rata |
0 |
5.4 |
18 |
28.8 |
Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai berikut :
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat dikatakan baru mencapai 46,15% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 15 orang (28,85%), kurang terampil (KT) 30 orang (57,69%) terampil (T) berjumlah 7 orang (13,46%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan baru mencapai 42,50% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 19 orang (36,54%), kurang terampil (KT) 29 orang (55,77%) terampil (T) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang penyebab Bloat dapat dikatakan baru mencapai 44,61% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 22 orang (42,31%), kurang terampil (KT) 20 orang (38,46%) terampil (T) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang pencegahan Bloat dapat dikatakan baru mencapai 44,61% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 17 orang (32,69%), kurang terampil (KT) 29 orang (55,77%) terampil (T) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting dapat dikatakan baru mencapai 37,98% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 29 orang (55,77%), kurang terampil (KT) 19 orang (36,54%) terampil (T) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang hewan yang terkena Bloat dapat dikatakan baru mencapai 39,90% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 32 orang (61,54%), kurang terampil (KT) 11 orang (21,15%) terampil (T) berjumlah 9 orang (17,31%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang pengobatan Bloat dapat dikatakan baru mencapai 36,73% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 35 orang (67,31%), kurang terampil (KT) 13 orang (25%) terampil (T) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode minuman bersoda dapat dikatakan baru mencapai 35,10% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 37 orang (71,15%), kurang terampil (KT) 11 orang (21,15%) terampil (T) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode trikorisasi dapat dikatakan baru mencapai 32,21% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 40 orang (76,92%), kurang terampil (KT) 9 orang (17,31%) terampil (T) berjumlah 3 orang (5,77%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode batang daun pepaya dapat dikatakan baru mencapai 30,29% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 42 orang (80,77%), kurang terampil (KT) 9 orang (17,31%) terampil (T) berjumlah 1 orang (1,92%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat keterampilan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 802 maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 802
Sko tertinggi yang diperoleh : 52 x 10 x 4 = 2.080
Skor terendah yang diperoleh : 52 x 10 x 1 = 520
Dengan demikian keterampilan responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing sebelum penyuluhan adalah :
Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Garis continuum tingkat keterampilan pada evaluasi awal
Ket : TT = Tidak Terampil
KT = Kurang Terampil
T = Terampil
ST = Sangat Terampil
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, keterampilan peternak tentang penangana penyakit bloat pada kambing berada pada skor 802 atau persentase 38,56% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang terampil”
- Hasil Evaluasi Akhir
- Tingkat pengetahuan.
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 7 dan tabel 12.
Tabel 12. Pembahasan Hasil Evaluasi Akhir Tingkat Pengetahuan
No |
Pertanyaan/ pernyataan |
Tingkat pemahaman |
SM |
M |
KM |
TM |
1 |
Pengertian bloat |
20 |
15 |
10 |
7 |
2 |
Bahaya bloat |
25 |
20 |
5 |
2 |
3 |
Penyebab bloat |
25 |
20 |
5 |
2 |
4 |
Pencegahan bloat |
15 |
25 |
10 |
2 |
5 |
Bloat dan bunting |
30 |
20 |
2 |
0 |
6 |
Hewan yang terkena bloat |
45 |
5 |
2 |
0 |
7 |
Pengobatan bloat |
20 |
30 |
2 |
0 |
8 |
Metode minuman bersoda |
30 |
15 |
5 |
2 |
9 |
Metode trikorisasi |
15 |
20 |
15 |
2 |
10 |
Metode batang daun pepaya |
30 |
20 |
2 |
0 |
|
Jumlah |
255 |
190 |
58 |
17 |
|
Rata – rata |
25.5 |
19 |
5.8 |
1.7 |
Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai berikut :
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 74,52% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 7 orang (13,46%), kurang mengetahui (KM) 10 orang (19,23%) mengetahui (M) berjumlah 15 orang (28,84%) dan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 20 orang (38,46%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang bahaya penyakit bloat sudah mencapai 82,69 %, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 5 orang (9,61%), mengetahui (M), berjumlah 20 orang (38,46%), dan responden yang sangat mengetahui (SM) sebanyak 25 orang (48,08%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang penyebab penyakit bloat sudah mencapai 82,69% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 5 orang (9,61%), mengetahui (M), berjumlah 20 orang (38,46%), sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) sebanyak 25 orang (48,08%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pencegahan penyakit bloat sudah mencapai 75,48% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang (19,23%), mengetahui (M), berjumlah 25 orang (48,08%), sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 15 orang (28,85%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan bunting sudah mencapai 88,46%, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan mengetahui (M) berjumlah 20 orang (38,46%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 30 orang (57,69%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang hewan apa saja yang terkena bloat sudah mencapai 95,67%, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan mengetahui (M) berjumlah 5 orang (9,61%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 45 orang (86,53%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pengobatan penyakit bloat sudah mencapai 83,82 %, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan mengetahui (M) berjumlah 30 orang (57,69%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 20 orang (38,46%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang metode pengobatan menggunakan minuman bersoda sudah mencapai 85,10%, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2 orang (3,84 %), kurang mengetahui (KM) berjumlah 5 orang (9,61%) dan mengetahui (M) berjumlah 15 orang (28,84%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 30 orang (57,69%).
- Secara umum pengetahuan peternak responden metode trikorisasi sudah mencapai 73,08%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2 orang (76,92%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 15 orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 20 orang (3,85%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 15 orang.
- Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan bunting sudah mencapai 88,94%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%), mengetahui (M) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 30 orang (57,69%).
Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 1.724, maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.724
Sko tertinggi yang diperoleh : 52 x 10 x 4 = 2.080
Skor terendah yang diperoleh : 52 x 10 x 1 = 520
Dengan demikian pengetahuan responden tentang penanganan penyakit bloat pada k ambing setelah penyuluhan adalah :
Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Garis continuum tingkat pengetahuan pada evaluasi akhir
Ket : TM = Tidak Mengetahui
KM = Kurang Mengetahui
M = Mengetahui
SM = Sangat Mengetahui
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, pengetahuan peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.724 atau persentase 82,88% yang berarti sudah berada pada kriteria “Mengetahui”
- Tingkat sikap
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 8 dan tabel 13.
Tabel 10. Pembahasan Hasil Evaluasi Akhir Tingkat Sikap
No |
Pertanyaan/ pernyataan |
Tingkat pemahaman |
SS |
S |
KS |
TS |
1 |
Pengertian bloat |
25 |
10 |
10 |
|
2 |
Bahaya bloat |
30 |
15 |
5 |
2 |
3 |
Penyebab bloat |
30 |
15 |
5 |
2 |
4 |
Pencegahan bloat |
20 |
20 |
10 |
2 |
5 |
Bloat dan bunting |
35 |
15 |
2 |
0 |
6 |
Hewan yang terkena bloat |
50 |
0 |
2 |
0 |
7 |
Pengobatan bloat |
25 |
25 |
2 |
0 |
8 |
Metode minuman bersoda |
35 |
10 |
5 |
2 |
9 |
Metode trikorisasi |
20 |
15 |
15 |
2 |
10 |
Metode batang daun pepaya |
35 |
15 |
2 |
0 |
|
Jumlah |
305 |
140 |
58 |
10 |
|
Rata – rata |
30.5 |
14 |
5.8 |
1 |
Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai berikut :
- Secara umum sikap peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 76,92% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 7 orang (13,45%), kurang setuju (KS) 10 orang (19,23%) setuju (S) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 25 orang (48,08%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 85,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang (9,61%) setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 30 orang (57,69%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang penyebab Bloat dapat dikatakan baru mencapai 85,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang (9,61%) setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 30 orang (57,69%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang pencegahan Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 77,88% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2 orang (), kurang setuju (KS) berjumlah 10 orang (3,84%) setuju (S) berjumlah 20 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 20 orang (67,30%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting dapat dikatakan sudah mencapai 90,87% yaitu responden yang tidak setuju (TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 35 orang (67,30%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang hewan yang terkena bloat dapat dikatakan sudah mencapai 98,08% yaitu responden yang tidak setuju (TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) tidak ada,sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 50 orang (96,15%)
- Secara umum sikap peternak responden tentang Pengobatan Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 86,27% yaitu responden yang tidak setuju (TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84) setuju (S) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 25 orang (48,07%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang metode minuman bersoda dapat dikatakan sudah mencapai 87,50% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang (9,61%) setuju (S) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 35 orang (67,30%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang metode trikorisasi dapat dikatakan sudah mencapai 75,48% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 15 orang (28,84%) setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) sebanyak 20 orang (38,46%).
- Secara umum sikap peternak responden tentang metode batang daun pepaya dapat dikatakan baru mencapai 91,35% yaitu responden yang tidak setuju (TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (ST) berjumlah 35 orang (67,30%).
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 1.774 maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.774
Sko tertinggi yang diperoleh : 52 x 10 x 4 = 2.080
Skor terendah yang diperoleh : 52 x 10 x 1 = 520
Dengan demikian sikap responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing setelah penyuluhan adalah :
Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Garis continuum tingkat sikap pada evaluasi akhir
Ket : TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, sikap peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.774 atau persentase 85,29% yang berarti sudah berada pada kriteria “setuju”
- Tingkat keterampilan
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 9 dan tabel 14.
Tabel 14. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Keterampilan
No |
Pertanyaan/ pernyataan |
Tingkat Pemahaman |
ST |
T |
KT |
TT |
1 |
Kondisi bloat |
0 |
7 |
30 |
15 |
2 |
Bahaya bloat |
0 |
4 |
29 |
19 |
3 |
Penyebab bloat |
0 |
10 |
20 |
22 |
4 |
Pencegahan bloat |
0 |
6 |
29 |
17 |
5 |
Bloat dan bunting |
0 |
4 |
19 |
29 |
6 |
Hewan yang terkena bloat |
0 |
9 |
11 |
32 |
7 |
Pengobatan bloat |
0 |
6 |
13 |
35 |
8 |
Metode minuman bersoda |
0 |
4 |
11 |
37 |
9 |
Metode trikorisasi |
0 |
3 |
9 |
40 |
10 |
Metode batang daun pepaya |
0 |
1 |
9 |
42 |
|
Jumlah |
0 |
54 |
180 |
288 |
|
Rata – rata |
0 |
5.4 |
18 |
28.8 |
Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai berikut :
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 72,12% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 7 orang (13,46%), kurang terampil (KT) berjumlah10 orang (19,23%) terampil (T) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 15 orang (28,84%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 80,29% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) berjumlah 5 orang (9,61%) terampil (T) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 20 orang (38,46%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang penyebab Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 80,29% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) berjumlah 5 orang (9,61%) terampil (T) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 20 orang (38,46%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang pencegahan Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 73,08% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) 10 orang (19,23%) terampil (T) berjumlah 30 orang (57,69%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 10 orang (19,23%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting dapat dikatakan sudah mencapai 86,06% yaitu responden yang tidak terampil (TT)tidak ada, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%) terampil (T) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 25 orang (48,07%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang hewan yang terkena Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 93,27% yaitu responden yang tidak terampil (TT) tidak, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%) terampil (T) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 40 orang (76,92%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang pengobatan Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 81,37% yaitu responden yang tidak terampil (TT) tidak ada, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%) terampil (T) berjumlah 35 orang (67,37%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 15 orang (28,85%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode minuman bersoda dapat dikatakan sudah mencapai 82,69% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) 5 orang (9,61%) terampil (T) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden yang sangat terampil(ST) berjumlah 25 orang (48,08%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode trikorisasi dapat dikatakan sudahmencapai 70,67% yaitu responden yang tidak terampil (TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) berjumlah 15 orang (28,85%) terampil (T) berjumlah 25 orang (48,08%) sedangkan responden yang sangat teampil (ST) berjumlah 10 orang (19,23%).
- Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode batang daun pepaya dapat dikatakan sudah mencapai 86,54% yaitu responden yang tidak terampil (TT) tidak ada, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%) terampil (T) berjumlah 25 orang (48,08%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST) berjumlah 25 orang (48,08%).
Hasil evaluasi awal tingkat keterampilan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 1.674 maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.674
Sko tertinggi yang diperoleh : 52 x 10 x 4 = 2.080
Skor terendah yang diperoleh : 52 x 10 x 1 = 520
Dengan demikian keterampilan responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing setelah penyuluhan adalah :
Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :
Gambar 6. Garis continuum tingkat keterampilan pada evaluasi awal
Ket : TT = Tidak Terampil
KT = Kurang Terampil
T = Terampil
ST = Sangat Terampil
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, keterampilan peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.674 atau persentase 80,48% yang berarti masih berada pada kriteria “terampil”
Selanjutnya hasil evaluasi awal dan hasil evaluasi akhir ditabulasikan untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan responden berdasarkan kategori nilai yang dicapai. Hasil rekapitulasi digunakan untuk mengetahui perubahan perolehan nilai persentase dan nilai maksimum pada tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rata – Rata Tingkat Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Responden.
Deskripsi |
Nilai max |
Nilai yang diperoleh |
Perubahan |
E. Awal |
% |
E. Akhir |
% |
Nilai |
% |
Pengetahuan |
2.080 |
789 |
37,93 |
1.724 |
82,88 |
935 |
44,95 |
Sikap |
2.080 |
820 |
39,42 |
1.774 |
85,29 |
954 |
45,87 |
keterampilan |
2.080 |
802 |
38,55 |
1.674 |
80,48 |
872 |
41,93 |
Sumber : Data primer setelah diolah. 2016
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan lalu dievaluasi kembali, ternyata pengetahuan responden meningkat 44,95%, sikap 45,87%, dan keterampilan sebesar 41,93%.
V. PENUTUP
A. Simpulan
- Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif penyuluhan tentang penanganan penyakit Bloat pada kambing dengan metode ceramah, diskusi dan simulasi cara.
- Evaluasi awal dan evaluasi akhir jika diselisihkan, dapat dikatakan bahwa penyuluhan berhasil dikarenakan perubahan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan peternak yang meningkat menjadi lebih baik
B. Saran
Diharapkan dengan adanya laporan evaluasi ini dapat menjadi acuan bagi penyuluh dilapangan tentang seberapa efektif penyuluhan yang telah dilakukan terlebih kepada peemerintah setempat yang melalui laporan evaluasi ini dapat menjadi sebuah informasi tentang bagaimana respon peternak terhadap teknologi yang telah disampaikan penyuluh untuk adanya perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Online http:// subhansubhan318.blogspot.co.id/2015/02/blog-post.html . Diakses pada Tanggal 7 November 2016
Anonim.2016.Kembung Perut Pada Kambing. Online http:// www.ilmuternak.com/2015/01/penyakit-bloat-tympani-kembung-perut.html. Diakses pada Tanggal 7 November 2016.
Casley, Dennis J. Dan Khrisna Kumar.1991. Pemantauan dan Evaluasi Proyek
Mardikanto T.2008. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Press
Mardikanto.1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.: Sebelas Maret University Press. Surakarta Pertanian. Jakarta: UI-Press.
Padmowiharjo, S. (1996). Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Universitas Terbuka.
Van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik. Indeks, Jakarta.